KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Yah bicara soal kepemimpinan kita juga pemimpin, pemimpin untuk diri kita
sendiri, termasuk baik atau tidak diri kita, itulah kemauan dan perintah dari
pemimpin, pemimpin di dalam diri kita yaitu hati, memang perintah pemimpin ini
selalu mengarah ke dalam suatu hal yang baik, hanya saja terkadang pikiran
mengganggu, mulut berbohong, tangan tak mau bekerja, kaki tak mau mengikuti.
Sering kali hati ini berbicara tentang kebaikan bahkan ingin sekali
melakukannya contoh saja shadaqah atau shalat, semua muslim sejati pasti
menginginkan itu, bershadaqah meskipun sedikit, berjamaah setiap waktu shalat, hanya saja pikiran ini pintar sekali mencari alasan, mulut malah membantu lagi,
apalagi tangan dan kaki bodo amat dan
acuh tak acuh, pengennya santai terus. Nah jadi sebenarnya sih baik atau buruk diri
kita, kita yang menentukan, dan hatilah
pemimpin sang penentu.
Nah kalau bicara pendidikan bagaimana? Kira kira ada enggak sih yang mau di
begoin dan di bohongi sama orang
lain, kalau kita
beli buah mangga nih di pasar karena kita tidak bisa bahasa sunda yang awalnya
nih mangga satu kilo Cuma sepuluh ribu karena kita kurang paham dengan bahasa
sunda akhirnya sama si penjual di jual lima belas ribu ke kita, dan itu kita
ketahui dari penjual sebelah, sakit nggak kira kira, jadi kalau begitu pendidikan
penting atau tidak?
Bahkan dari pendidikan pun bisa menentukan pekerjaan seseorang, pasti
berbeda ketika ada dua remaja yang sama-sama berumur dua puluh lima tahun, yang
satu lulusan SMA dan yang satu lagi lulsan S1. Mungkin ketika awal kerja akan
di tempatkan di tempat yang sama akan tetapi coba saja perjalanan karir dalam
kerjanya siapa yang akan cepat naik dan berkembang. Pasti mereka yang lulusan
sarjana akan lebih cepat naik di dalam karirnya.
Memang kalau misalnya bukan lulusan sarjana mereka giat dan rajin, dan mau
melakukan apa saja yang ia dapat lakukan, berbeda dengan orang yang lulusan
sarjana, terkadang mereka kurang yakin untuk memulai sesuatu yang tidak satu
hati dengannya, “wah kayanya enggak sesuai bidang nih”, jadi di tinggalkan.
Jadi antara kepemimpinan dan pendidikan ada
suatu keterkaitan yang mana saling membantu, bahkan di dalam kehidupan kita
sendiri, seorang pemimpin harus pintar dan cerdas, dan seorang yang cerdas dan
pintar pun harus ada pemimpin yang menggerakkannya agar yang di lakukan sesuai
yang di rencnakan, dan tidak melakukan kesalahan karena kecerobohan.
Dan
yang harus kita ketahui, bahwasanya kenapa kepemimpinan dalam pendidikan saling
melengkapi, karena sahabat ali bin abi thalib berkata “ suatu kebaikkan yang
tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir” masa iya
sebuah lembaga yang bisa di anggap sedang dalam proses merangkak tidak adanya
pemimpin yang berpendidikan, yang ada nanti pemimpin itulah yang akan di
perbudak oleh bawahan lantaran pemimpin yang tak mengerti dan paham akan
persoalan yang ada.
Kenapa
ko sayyidina ali bisa berkta seperti itu, jadi mungkin yang namanya persoalan
ini sudah klasik dan ada sejak dulu, jangankan untuk kebaikkan mungkin yang
namanya kejahatan dan kekejihan sering kali terjadi tapi dengan terorganisir,
contoh kecil kehilangan dan kemalingan, tak mungkinkan seorang maling hanya
berpikir pendek, pasti yang namanya rencana sudah banyak sekali pilihannya,
rencana satu gagal ganti rencana dua, dan selanjutnya.
Jadi
pilihlah atau jadilah pemimpin yang berpendidikan dan berakhlak serta tahu akan
permasalan dan solusinya yang tentu tidak akan mudah di dapatkan, maka dari itu,
disitulah pendidikan bermain, belajar dengan gembira dan bersama, karena itu
akan lebih terasa, meskipun ada yang harus kita lakukan sendiri untuk sebuah
kelngkapan dan kemaksimalan. THANKS
No comments:
Post a Comment